Rabu, 30 Januari 2013

Cerpen from FP




Pada hari itu, Anan bertengkar dengan ibunya gara-gara tidak diberi uang untuk ke warnet. ibunya bilang sedang tidak punya uang karena dagangan gorenagnnya belum laku.

Karena sangat marah, Anan segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. ia tidak percaya kepada ibunya. ia mengira ibunya punya uang dan berbohong padanya

Saat kabur, ia sama sekali tdk membawa uang sementara perutnya sangat lapar.





Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.

Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Anan berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nak, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”

” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Anan dengan malu-malu

“Tidak apa-apa, mbak kasih gratis” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, mbak akan memasakkan bakmi untukmu”.






Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.

Anan segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

“Ada apa nak?” Tanya si pemilik kedai.

“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Anan sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,…

ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar silakan mencari uang sendiri agar merasakan nyari duit itu tidak mudah”

“mbak, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Anan, menarik nafas panjang dan berkata

“Nak mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya. dengarkanlah apa kata ibumu. jangan bertengkar dengan ibumu”

Ana, terhenyak mendengar hal tersebut.

“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari oragn yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.


Anna, segera menghabiskan bakminya, lalu ia mnguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Anan, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Anan kau sudah pulang, cepat masuklah, ibu telah menyiapkan dan makanlah, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang”

Pada saat itu Anan tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya. " Ibu, maafkan Anan ya Bu. Anan janji akan selalu mendegarkan kata-kata ibu ! " katanya sambil memeluk ibunya

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.

Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

Semoga Bermanfaat !




Tidak ada komentar:

Posting Komentar