Kamis, 20 Juni 2013

Meonk



Alhamdulillah, hari ini akhirnya masih diberi kesempatan untuk ngisi blog ini lagi dengan bertemakan "meong" hehehe. Banjarmasin, 21 Juni 2013 :)


Akhirnya bahannya terkumpul juga dan ada luang untuk memposting ini tema, kayaknya kucing masuk daftar hewan lucu juga sich nurut aku ...
Semoga bermanfaat buat pembaca :D 

Nabi Muhammad SAW dan Kucing Kesayangannya
Didalam perkembangan peradaban islam, kucing hadir sebagai teman sejati dalam setiap nafas dan gerak geliat perkembangan islam.
Nabi Muhammad memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.
Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.
Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhari, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Seorang wanita dimasukkan kedalam neraka karena seeokr kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada dilantai." (HR. Bukhari)
Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
Penghormatan Para Tokoh Islam Terhadap Kucing
Pada abad ke-13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat Islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para Khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Bahkan di dunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, pada masa dinasti Mamluk, Baybars Al Zahir, seorang Sultan yang juga pahlawan garis depan dalam Perang Salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan di dalamnya. Tradisi ini telah menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara Islam.
Hingga saat ini, mulai dari Damaskus, Istanbul, hingga Kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.
Keistimewaan Kucing
Nabi menekankan di beberapa hadits bahwa kucing itu tidak najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci.
Kenapa Rasulullah SAW berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis?
Fakta Ilmiah 1
Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia.
Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya. Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.
Fakta Ilmiah 2
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.

Hasil yang Didapatkan
  1. Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.
  2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
  1. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.
  2. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
  1. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.
  2. Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.
Komentar Para Dokter Peneliti
  1. Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing.
  2. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
  1. Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing,
  2. Manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia.
  3. Dokter hewan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bemama lysozyme.
  1. Kucing tidak suka air karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll)
  2. Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air.
  3. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.
Fakta Ilmiah 3
Dan hasil penelitian kedokteran dan percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih daripada manusia.
Fakta Ilmiah Tambahan
Zaman dahulu kucing dipakai untuk terapi. Dengkuran kucing yang 50Hz baik buat kesehatan selain itu mengelus kucing juga bisa menurunkan tingkat stress.
Sisa makanan kucing hukumnya suci. Hadist Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.
Kabsyah berkata, "Perhatikanlah." Abu Qatadah berkata, "Apakah kamu heran," Ia menjawab, "Ya." Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling dirumah (binatang rumahan)," (HR At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). 
Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwan Nabi Muhammad SAW pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata, "Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana." Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu. 
 
 Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”
Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.
Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing.” (H.R Al Baihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).
Hadits ini diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya adalah suci, Liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih bersih daripada manusia. Mungkin ini pula-lah yang menyebabkan mengapa Rasulullah SAW sangat sayang kepada Muezza, kucing peliharaannya.

Rabu, 19 Juni 2013

Ayah My Hero

Kisah Inspiratif tentang kakek penjual tali sepatu yang tidak mengeluh akan sulitnya menjalani hidup ini adalah sebuah tulisan dari note fesbuk yang direpost di kaskus. Penulis aslinya adalah seorang mahasiswa Unpad bernama Andre Daryanto. Mari kita simak pengalaman spiritual Andre bertemu dengan Kakek Penjual Tali Sepatu.Nama saya Andre, saya mahasiswa Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Padjadjaran, duduk di bangku semester 3, setiap pagi saya melangkahkan kaki dengan pasti menuju kampus yang terletak tidak begitu jauh dari rumah kontrakan saya , pagi penuh semangat membara seorang pejuang kecil yang bercita cita ingin mengubah dunia, ya impian kecil yang tidak mustahil kan sobat ?

Satu setengah tahun, sudah saya lalui setiap hari menelusuri jalan yang sama menuju kampus, setiap pagi, wajah wajah mahasiswa penuh ambisi lalu lalang seakan melangkah tanpa beban, pun tanpa melengok ke lingkungan sekitar, ya mungkin ada satu atau dua orang yang menyadari , bahwa di sepanjang jalan yang dilalui, begitu banyak pemandangan yang menyayat hati.

Ya, menyayat hati bagi yang masih punya hati, ibu ibu duduk lesu menggendong anak yang haus akan susu, bapak bapak tua, lumpuh tanpa bisa mengeluh , kakek kakek yang bergolek di tengah teriknya matahari di jatinangor ini ,tapi itu seakan sudah menjadi pemandangan yang lumrah , "lumrah ? "

Saya mulai ragu akan eksistensi teman teman saya yang bernama mahasiswa, yang dengan bangga mereka menyebut diri masing masing sebagai agen perubahan, namun menanggapi hal yang setiap hari mereka , anda, bahkan saya lihat, malah di sebut pemandangan yang lumrah, miris memang, tapi inilah dunia KEJAM.

Satu sosok yang amat saya soroti, setiap pagi, setiap hari, seakan tak pernah bosan, duduk seorang pria tua, yang umurnya sudah lebih dari separuh baya, duduk termenung melamun memandangi daganganya yang tak laku laku, bapak itu setiap hari menjajalkan tali sepatu, dan sekali sekali menjual koran koran di pagi hari.

Sungguh pemandangan yang menyayat hati. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli tali sepatunya itu ?

Teman teman mahasiswa hanya lewat tak memperhatikan, bahkan hanya utk sekedar menawar barang dagangan si kakek tua, Masyaallah,... Lalu lalang orang yang bergegas menuju kampus seolah tidak mempedulikan kehadiran kakektua itu.

Kemarin setelah pulang dari kampus, saya melihat kakek tua itu sedang duduk termenung menatapi daganganya, saya sudah berniat akan membeli tali sepatu itu walaupun saya tidak begitu membutuhkanya.

Saya menghampiri kakek tadi, menanyakan berapa harga tali sepatu yang beliau tawarkan ;

"Lima ribu cep" mau beli yang warna apa ? oh syukurlah ternyata masih ada yang mau beli dagangan bapak " sahutnya penuh lirih,

Oh tuhan, harga sepasang tali sepatu beliau hanya dijual dengan harga 5 ribu, mengambil untung hanya seribu rupiah dari orang yang menjual kepada beliau, sontak darah saya berdesir cepat, seakan butiran airmata tak tahan ingin menghujat keluar, betapa tidak, seribu rupiah, itu hanya bisa membeli sebuah "gehu" pedas yang di jajalkan di pinggir pinggir jalan, dengan sekuat hati saya tahan perasaan iba," saya beli 2 pasang ya kek "

Kakek tersebut terlihat sangat senang, karena akhirnya, setelah dari subuh menjajakan daganganya, baru pada pukul 2 siang saya orang pertama membeli dagangan beliau, saya mengeluarkan uang 20 ribu, beliau berkata," ga ada kembalianya kakek mah nak", jawab kakek.

"oh ga apa apa kek, ambil saja kembalianya, dari saya" Lalu saya bertanya kembali, mengapa beliau dengan usia yang sudah lanjut, dan seharusnya sudah duduk diam di rumah menikmati sisa sisa umur beliau, malah masih bekerja keras membanting tulang, dari pagi hingga petang, menjajalkan koran dan tali sepatu di lingkungan unpad tersebut? tanya saya kepada beliau,

Dengan suara yang tertatih tatih beliau menjawab" yah, mau gimana lagi nak, inilah dunia, mungkin Allah belum meridoi saya kalau saya masih malas malasan, saya punya anak di rumah di garut 12 orang, 5 orang sudah berkeluarga dan pergi jauh meninggalkan kehidupan mereka yang serba berkekurangan, masih ada 7 orang lagi anak saya yang masih duduk di bangku sma dan smp, ga mungkin saya hanya duduk diam, sementara kaki saya masih kuat berjalan."

Mendengar hal itu, sontak saya menahan pekik yang begitu menyerang ke hati yang paling dalam, saya tak kuasa melihat kepedihan dan ketegaran seorang kakek yang dimasa tuanya masih berjuang demi menghidupi keluarganya ..
"Lalu , disini kakek tinggal dimana? dan pulang berapa minggu sekali ke garut kek?" tanyaku lirih,

"Kakek tinggal di musholla di sebelah sekretariat mahasiswa, kakek numpang tinggal disana, sekaligus membantu membersihkanya, karena ga ada yang ngerawatnya, oleh UNPAD kakek g di terima menjadi karyawannya, karena umur kakek udah terlalu tua, padahal kakek berharap sekali dapet uang dari menjadi karyawan untuk membersihkan musholla ini" imbuhnya,

" kakek biasanya pulang ga menentu waktunya, asalkan kakek udah bisa membeli beras 20 kg, baru kakek pulang, itu biasanya sekitar 2 minggu mengumpulkan uang untuk membeli beras itu buat di bawa pulang ke garut" katanya

Allahuakbar ,, demi keluarga tercinta, beliau rela tidur di musholla yang dingin sendiri, ditemani kesepian yang teramat mendalam , dan kerinduan akan menghabiskan hidup tenang, demi mencari sesuap nasi, membela harga diri, untuk tidak menjadi pengemis yang tanpa ada usaha sedikitpun, sungguh beliau begitu mulia, dan semoga Allah selalu bersama orang yang berhati seperti seorang malaikat yang sengaja di utus tuhan kebumi agar manusia dapat belajar, menghilangkan ketamakan dan bermalas malasan.

Untuk teman teman ku, yang mengatas namakan diri mereka mahasiswa, terutama anda yang berkuliah di kampus unpad jatinangor ini, saya harap, ini hanya salah satu bentuk saya saling berbagi, saling mengingetkan, bahwa di luar sana, masih banyak saudara saudara kita yang membutuhkan perhatian,

jadilah mahasiswa seutuhnya, karena saya sendiri tidak mampu berbuat banyak, saya butuh kalian, kalian yang berjiwa besar, yang mau sedikit meluangkan waktunya memperhatikan orang orang di sekitar,

Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang !

Begitulah pengalaman berharga Andre mendapatkan inspirasi dari seorang kakek penjual tali sepatu.

Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

Satu setengah tahun, sudah saya lalui setiap hari menelusuri jalan yang sama menuju kampus, setiap pagi, wajah wajah mahasiswa penuh ambisi lalu lalang seakan melangkah tanpa beban, pun tanpa melengok ke lingkungan sekitar, ya mungkin ada satu atau dua orang yang menyadari , bahwa di sepanjang jalan yang dilalui, begitu banyak pemandangan yang menyayat hati.
Ya, menyayat hati bagi yang masih punya hati, ibu ibu duduk lesu menggendong anak yang haus akan susu, bapak bapak tua, lumpuh tanpa bisa mengeluh , kakek kakek yang bergolek di tengah teriknya matahari di jatinangor ini ,tapi itu seakan sudah menjadi pemandangan yang lumrah , "lumrah ? "
Saya mulai ragu akan eksistensi teman teman saya yang bernama mahasiswa, yang dengan bangga mereka menyebut diri masing masing sebagai agen perubahan, namun menanggapi hal yang setiap hari mereka , anda, bahkan saya lihat, malah di sebut pemandangan yang lumrah, miris memang, tapi inilah dunia KEJAM.
Satu sosok yang amat saya soroti, setiap pagi, setiap hari, seakan tak pernah bosan, duduk seorang pria tua, yang umurnya sudah lebih dari separuh baya, duduk termenung melamun memandangi daganganya yang tak laku laku, bapak itu setiap hari menjajalkan tali sepatu, dan sekali sekali menjual koran koran di pagi hari.
Sungguh pemandangan yang menyayat hati. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli tali sepatunya itu ?
Teman teman mahasiswa hanya lewat tak memperhatikan, bahkan hanya utk sekedar menawar barang dagangan si kakek tua, Masyaallah,... Lalu lalang orang yang bergegas menuju kampus seolah tidak mempedulikan kehadiran kakektua itu.
Kemarin setelah pulang dari kampus, saya melihat kakek tua itu sedang duduk termenung menatapi daganganya, saya sudah berniat akan membeli tali sepatu itu walaupun saya tidak begitu membutuhkanya.
Saya menghampiri kakek tadi, menanyakan berapa harga tali sepatu yang beliau tawarkan ;
"Lima ribu cep" mau beli yang warna apa ? oh syukurlah ternyata masih ada yang mau beli dagangan bapak " sahutnya penuh lirih,
Oh tuhan, harga sepasang tali sepatu beliau hanya dijual dengan harga 5 ribu, mengambil untung hanya seribu rupiah dari orang yang menjual kepada beliau, sontak darah saya berdesir cepat, seakan butiran airmata tak tahan ingin menghujat keluar, betapa tidak, seribu rupiah, itu hanya bisa membeli sebuah "gehu" pedas yang di jajalkan di pinggir pinggir jalan, dengan sekuat hati saya tahan perasaan iba," saya beli 2 pasang ya kek "
Kakek tersebut terlihat sangat senang, karena akhirnya, setelah dari subuh menjajakan daganganya, baru pada pukul 2 siang saya orang pertama membeli dagangan beliau, saya mengeluarkan uang 20 ribu, beliau berkata," ga ada kembalianya kakek mah nak", jawab kakek.
"oh ga apa apa kek, ambil saja kembalianya, dari saya" Lalu saya bertanya kembali, mengapa beliau dengan usia yang sudah lanjut, dan seharusnya sudah duduk diam di rumah menikmati sisa sisa umur beliau, malah masih bekerja keras membanting tulang, dari pagi hingga petang, menjajalkan koran dan tali sepatu di lingkungan unpad tersebut? tanya saya kepada beliau,
Dengan suara yang tertatih tatih beliau menjawab" yah, mau gimana lagi nak, inilah dunia, mungkin Allah belum meridoi saya kalau saya masih malas malasan, saya punya anak di rumah di garut 12 orang, 5 orang sudah berkeluarga dan pergi jauh meninggalkan kehidupan mereka yang serba berkekurangan, masih ada 7 orang lagi anak saya yang masih duduk di bangku sma dan smp, ga mungkin saya hanya duduk diam, sementara kaki saya masih kuat berjalan."
Mendengar hal itu, sontak saya menahan pekik yang begitu menyerang ke hati yang paling dalam, saya tak kuasa melihat kepedihan dan ketegaran seorang kakek yang dimasa tuanya masih berjuang demi menghidupi keluarganya .."Lalu , disini kakek tinggal dimana? dan pulang berapa minggu sekali ke garut kek?" tanyaku lirih,
"Kakek tinggal di musholla di sebelah sekretariat mahasiswa, kakek numpang tinggal disana, sekaligus membantu membersihkanya, karena ga ada yang ngerawatnya, oleh UNPAD kakek g di terima menjadi karyawannya, karena umur kakek udah terlalu tua, padahal kakek berharap sekali dapet uang dari menjadi karyawan untuk membersihkan musholla ini" imbuhnya,
" kakek biasanya pulang ga menentu waktunya, asalkan kakek udah bisa membeli beras 20 kg, baru kakek pulang, itu biasanya sekitar 2 minggu mengumpulkan uang untuk membeli beras itu buat di bawa pulang ke garut" katanya
Allahuakbar ,, demi keluarga tercinta, beliau rela tidur di musholla yang dingin sendiri, ditemani kesepian yang teramat mendalam , dan kerinduan akan menghabiskan hidup tenang, demi mencari sesuap nasi, membela harga diri, untuk tidak menjadi pengemis yang tanpa ada usaha sedikitpun, sungguh beliau begitu mulia, dan semoga Allah selalu bersama orang yang berhati seperti seorang malaikat yang sengaja di utus tuhan kebumi agar manusia dapat belajar, menghilangkan ketamakan dan bermalas malasan.
Untuk teman teman ku, yang mengatas namakan diri mereka mahasiswa, terutama anda yang berkuliah di kampus unpad jatinangor ini, saya harap, ini hanya salah satu bentuk saya saling berbagi, saling mengingetkan, bahwa di luar sana, masih banyak saudara saudara kita yang membutuhkan perhatian,
jadilah mahasiswa seutuhnya, karena saya sendiri tidak mampu berbuat banyak, saya butuh kalian, kalian yang berjiwa besar, yang mau sedikit meluangkan waktunya memperhatikan orang orang di sekitar,
Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang !
Begitulah pengalaman berharga Andre mendapatkan inspirasi dari seorang kakek penjual tali sepatu.
Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.Satu setengah tahun, sudah saya lalui setiap hari menelusuri jalan yang sama menuju kampus, setiap pagi, wajah wajah mahasiswa penuh ambisi lalu lalang seakan melangkah tanpa beban, pun tanpa melengok ke lingkungan sekitar, ya mungkin ada satu atau dua orang yang menyadari , bahwa di sepanjang jalan yang dilalui, begitu banyak pemandangan yang menyayat hati.Ya, menyayat hati bagi yang masih punya hati, ibu ibu duduk lesu menggendong anak yang haus akan susu, bapak bapak tua, lumpuh tanpa bisa mengeluh , kakek kakek yang bergolek di tengah teriknya matahari di jatinangor ini ,tapi itu seakan sudah menjadi pemandangan yang lumrah , "lumrah ? "Saya mulai ragu akan eksistensi teman teman saya yang bernama mahasiswa, yang dengan bangga mereka menyebut diri masing masing sebagai agen perubahan, namun menanggapi hal yang setiap hari mereka , anda, bahkan saya lihat, malah di sebut pemandangan yang lumrah, miris memang, tapi inilah dunia KEJAM.Satu sosok yang amat saya soroti, setiap pagi, setiap hari, seakan tak pernah bosan, duduk seorang pria tua, yang umurnya sudah lebih dari separuh baya, duduk termenung melamun memandangi daganganya yang tak laku laku, bapak itu setiap hari menjajalkan tali sepatu, dan sekali sekali menjual koran koran di pagi hari.Sungguh pemandangan yang menyayat hati. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli tali sepatunya itu ?Teman teman mahasiswa hanya lewat tak memperhatikan, bahkan hanya utk sekedar menawar barang dagangan si kakek tua, Masyaallah,... Lalu lalang orang yang bergegas menuju kampus seolah tidak mempedulikan kehadiran kakektua itu.Kemarin setelah pulang dari kampus, saya melihat kakek tua itu sedang duduk termenung menatapi daganganya, saya sudah berniat akan membeli tali sepatu itu walaupun saya tidak begitu membutuhkanya.Saya menghampiri kakek tadi, menanyakan berapa harga tali sepatu yang beliau tawarkan ;"Lima ribu cep" mau beli yang warna apa ? oh syukurlah ternyata masih ada yang mau beli dagangan bapak " sahutnya penuh lirih,Oh tuhan, harga sepasang tali sepatu beliau hanya dijual dengan harga 5 ribu, mengambil untung hanya seribu rupiah dari orang yang menjual kepada beliau, sontak darah saya berdesir cepat, seakan butiran airmata tak tahan ingin menghujat keluar, betapa tidak, seribu rupiah, itu hanya bisa membeli sebuah "gehu" pedas yang di jajalkan di pinggir pinggir jalan, dengan sekuat hati saya tahan perasaan iba," saya beli 2 pasang ya kek "Kakek tersebut terlihat sangat senang, karena akhirnya, setelah dari subuh menjajakan daganganya, baru pada pukul 2 siang saya orang pertama membeli dagangan beliau, saya mengeluarkan uang 20 ribu, beliau berkata," ga ada kembalianya kakek mah nak", jawab kakek."oh ga apa apa kek, ambil saja kembalianya, dari saya" Lalu saya bertanya kembali, mengapa beliau dengan usia yang sudah lanjut, dan seharusnya sudah duduk diam di rumah menikmati sisa sisa umur beliau, malah masih bekerja keras membanting tulang, dari pagi hingga petang, menjajalkan koran dan tali sepatu di lingkungan unpad tersebut? tanya saya kepada beliau,Dengan suara yang tertatih tatih beliau menjawab" yah, mau gimana lagi nak, inilah dunia, mungkin Allah belum meridoi saya kalau saya masih malas malasan, saya punya anak di rumah di garut 12 orang, 5 orang sudah berkeluarga dan pergi jauh meninggalkan kehidupan mereka yang serba berkekurangan, masih ada 7 orang lagi anak saya yang masih duduk di bangku sma dan smp, ga mungkin saya hanya duduk diam, sementara kaki saya masih kuat berjalan."Mendengar hal itu, sontak saya menahan pekik yang begitu menyerang ke hati yang paling dalam, saya tak kuasa melihat kepedihan dan ketegaran seorang kakek yang dimasa tuanya masih berjuang demi menghidupi keluarganya .."Lalu , disini kakek tinggal dimana? dan pulang berapa minggu sekali ke garut kek?" tanyaku lirih,"Kakek tinggal di musholla di sebelah sekretariat mahasiswa, kakek numpang tinggal disana, sekaligus membantu membersihkanya, karena ga ada yang ngerawatnya, oleh UNPAD kakek g di terima menjadi karyawannya, karena umur kakek udah terlalu tua, padahal kakek berharap sekali dapet uang dari menjadi karyawan untuk membersihkan musholla ini" imbuhnya," kakek biasanya pulang ga menentu waktunya, asalkan kakek udah bisa membeli beras 20 kg, baru kakek pulang, itu biasanya sekitar 2 minggu mengumpulkan uang untuk membeli beras itu buat di bawa pulang ke garut" katanyaAllahuakbar ,, demi keluarga tercinta, beliau rela tidur di musholla yang dingin sendiri, ditemani kesepian yang teramat mendalam , dan kerinduan akan menghabiskan hidup tenang, demi mencari sesuap nasi, membela harga diri, untuk tidak menjadi pengemis yang tanpa ada usaha sedikitpun, sungguh beliau begitu mulia, dan semoga Allah selalu bersama orang yang berhati seperti seorang malaikat yang sengaja di utus tuhan kebumi agar manusia dapat belajar, menghilangkan ketamakan dan bermalas malasan.Untuk teman teman ku, yang mengatas namakan diri mereka mahasiswa, terutama anda yang berkuliah di kampus unpad jatinangor ini, saya harap, ini hanya salah satu bentuk saya saling berbagi, saling mengingetkan, bahwa di luar sana, masih banyak saudara saudara kita yang membutuhkan perhatian,jadilah mahasiswa seutuhnya, karena saya sendiri tidak mampu berbuat banyak, saya butuh kalian, kalian yang berjiwa besar, yang mau sedikit meluangkan waktunya memperhatikan orang orang di sekitar,Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang !Begitulah pengalaman berharga Andre mendapatkan inspirasi dari seorang kakek penjual tali sepatu.Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.Satu setengah tahun, sudah saya lalui setiap hari menelusuri jalan yang sama menuju kampus, setiap pagi, wajah wajah mahasiswa penuh ambisi lalu lalang seakan melangkah tanpa beban, pun tanpa melengok ke lingkungan sekitar, ya mungkin ada satu atau dua orang yang menyadari , bahwa di sepanjang jalan yang dilalui, begitu banyak pemandangan yang menyayat hati.Ya, menyayat hati bagi yang masih punya hati, ibu ibu duduk lesu menggendong anak yang haus akan susu, bapak bapak tua, lumpuh tanpa bisa mengeluh , kakek kakek yang bergolek di tengah teriknya matahari di jatinangor ini ,tapi itu seakan sudah menjadi pemandangan yang lumrah , "lumrah ? "Saya mulai ragu akan eksistensi teman teman saya yang bernama mahasiswa, yang dengan bangga mereka menyebut diri masing masing sebagai agen perubahan, namun menanggapi hal yang setiap hari mereka , anda, bahkan saya lihat, malah di sebut pemandangan yang lumrah, miris memang, tapi inilah dunia KEJAM.Satu sosok yang amat saya soroti, setiap pagi, setiap hari, seakan tak pernah bosan, duduk seorang pria tua, yang umurnya sudah lebih dari separuh baya, duduk termenung melamun memandangi daganganya yang tak laku laku, bapak itu setiap hari menjajalkan tali sepatu, dan sekali sekali menjual koran koran di pagi hari.Sungguh pemandangan yang menyayat hati. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli tali sepatunya itu ?Teman teman mahasiswa hanya lewat tak memperhatikan, bahkan hanya utk sekedar menawar barang dagangan si kakek tua, Masyaallah,... Lalu lalang orang yang bergegas menuju kampus seolah tidak mempedulikan kehadiran kakektua itu.Kemarin setelah pulang dari kampus, saya melihat kakek tua itu sedang duduk termenung menatapi daganganya, saya sudah berniat akan membeli tali sepatu itu walaupun saya tidak begitu membutuhkanya.Saya menghampiri kakek tadi, menanyakan berapa harga tali sepatu yang beliau tawarkan ;"Lima ribu cep" mau beli yang warna apa ? oh syukurlah ternyata masih ada yang mau beli dagangan bapak " sahutnya penuh lirih,Oh tuhan, harga sepasang tali sepatu beliau hanya dijual dengan harga 5 ribu, mengambil untung hanya seribu rupiah dari orang yang menjual kepada beliau, sontak darah saya berdesir cepat, seakan butiran airmata tak tahan ingin menghujat keluar, betapa tidak, seribu rupiah, itu hanya bisa membeli sebuah "gehu" pedas yang di jajalkan di pinggir pinggir jalan, dengan sekuat hati saya tahan perasaan iba," saya beli 2 pasang ya kek "Kakek tersebut terlihat sangat senang, karena akhirnya, setelah dari subuh menjajakan daganganya, baru pada pukul 2 siang saya orang pertama membeli dagangan beliau, saya mengeluarkan uang 20 ribu, beliau berkata," ga ada kembalianya kakek mah nak", jawab kakek."oh ga apa apa kek, ambil saja kembalianya, dari saya" Lalu saya bertanya kembali, mengapa beliau dengan usia yang sudah lanjut, dan seharusnya sudah duduk diam di rumah menikmati sisa sisa umur beliau, malah masih bekerja keras membanting tulang, dari pagi hingga petang, menjajalkan koran dan tali sepatu di lingkungan unpad tersebut? tanya saya kepada beliau,Dengan suara yang tertatih tatih beliau menjawab" yah, mau gimana lagi nak, inilah dunia, mungkin Allah belum meridoi saya kalau saya masih malas malasan, saya punya anak di rumah di garut 12 orang, 5 orang sudah berkeluarga dan pergi jauh meninggalkan kehidupan mereka yang serba berkekurangan, masih ada 7 orang lagi anak saya yang masih duduk di bangku sma dan smp, ga mungkin saya hanya duduk diam, sementara kaki saya masih kuat berjalan."Mendengar hal itu, sontak saya menahan pekik yang begitu menyerang ke hati yang paling dalam, saya tak kuasa melihat kepedihan dan ketegaran seorang kakek yang dimasa tuanya masih berjuang demi menghidupi keluarganya .."Lalu , disini kakek tinggal dimana? dan pulang berapa minggu sekali ke garut kek?" tanyaku lirih,"Kakek tinggal di musholla di sebelah sekretariat mahasiswa, kakek numpang tinggal disana, sekaligus membantu membersihkanya, karena ga ada yang ngerawatnya, oleh UNPAD kakek g di terima menjadi karyawannya, karena umur kakek udah terlalu tua, padahal kakek berharap sekali dapet uang dari menjadi karyawan untuk membersihkan musholla ini" imbuhnya," kakek biasanya pulang ga menentu waktunya, asalkan kakek udah bisa membeli beras 20 kg, baru kakek pulang, itu biasanya sekitar 2 minggu mengumpulkan uang untuk membeli beras itu buat di bawa pulang ke garut" katanyaAllahuakbar ,, demi keluarga tercinta, beliau rela tidur di musholla yang dingin sendiri, ditemani kesepian yang teramat mendalam , dan kerinduan akan menghabiskan hidup tenang, demi mencari sesuap nasi, membela harga diri, untuk tidak menjadi pengemis yang tanpa ada usaha sedikitpun, sungguh beliau begitu mulia, dan semoga Allah selalu bersama orang yang berhati seperti seorang malaikat yang sengaja di utus tuhan kebumi agar manusia dapat belajar, menghilangkan ketamakan dan bermalas malasan.Untuk teman teman ku, yang mengatas namakan diri mereka mahasiswa, terutama anda yang berkuliah di kampus unpad jatinangor ini, saya harap, ini hanya salah satu bentuk saya saling berbagi, saling mengingetkan, bahwa di luar sana, masih banyak saudara saudara kita yang membutuhkan perhatian,jadilah mahasiswa seutuhnya, karena saya sendiri tidak mampu berbuat banyak, saya butuh kalian, kalian yang berjiwa besar, yang mau sedikit meluangkan waktunya memperhatikan orang orang di sekitar,Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang !Begitulah pengalaman berharga Andre mendapatkan inspirasi dari seorang kakek penjual tali sepatu.Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.Satu setengah tahun, sudah saya lalui setiap hari menelusuri jalan yang sama menuju kampus, setiap pagi, wajah wajah mahasiswa penuh ambisi lalu lalang seakan melangkah tanpa beban, pun tanpa melengok ke lingkungan sekitar, ya mungkin ada satu atau dua orang yang menyadari , bahwa di sepanjang jalan yang dilalui, begitu banyak pemandangan yang menyayat hati.Ya, menyayat hati bagi yang masih punya hati, ibu ibu duduk lesu menggendong anak yang haus akan susu, bapak bapak tua, lumpuh tanpa bisa mengeluh , kakek kakek yang bergolek di tengah teriknya matahari di jatinangor ini ,tapi itu seakan sudah menjadi pemandangan yang lumrah , "lumrah ? "Saya mulai ragu akan eksistensi teman teman saya yang bernama mahasiswa, yang dengan bangga mereka menyebut diri masing masing sebagai agen perubahan, namun menanggapi hal yang setiap hari mereka , anda, bahkan saya lihat, malah di sebut pemandangan yang lumrah, miris memang, tapi inilah dunia KEJAM.Satu sosok yang amat saya soroti, setiap pagi, setiap hari, seakan tak pernah bosan, duduk seorang pria tua, yang umurnya sudah lebih dari separuh baya, duduk termenung melamun memandangi daganganya yang tak laku laku, bapak itu setiap hari menjajalkan tali sepatu, dan sekali sekali menjual koran koran di pagi hari.Sungguh pemandangan yang menyayat hati. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli tali sepatunya itu ?Teman teman mahasiswa hanya lewat tak memperhatikan, bahkan hanya utk sekedar menawar barang dagangan si kakek tua, Masyaallah,... Lalu lalang orang yang bergegas menuju kampus seolah tidak mempedulikan kehadiran kakektua itu.Kemarin setelah pulang dari kampus, saya melihat kakek tua itu sedang duduk termenung menatapi daganganya, saya sudah berniat akan membeli tali sepatu itu walaupun saya tidak begitu membutuhkanya.Saya menghampiri kakek tadi, menanyakan berapa harga tali sepatu yang beliau tawarkan ;"Lima ribu cep" mau beli yang warna apa ? oh syukurlah ternyata masih ada yang mau beli dagangan bapak " sahutnya penuh lirih,Oh tuhan, harga sepasang tali sepatu beliau hanya dijual dengan harga 5 ribu, mengambil untung hanya seribu rupiah dari orang yang menjual kepada beliau, sontak darah saya berdesir cepat, seakan butiran airmata tak tahan ingin menghujat keluar, betapa tidak, seribu rupiah, itu hanya bisa membeli sebuah "gehu" pedas yang di jajalkan di pinggir pinggir jalan, dengan sekuat hati saya tahan perasaan iba," saya beli 2 pasang ya kek "Kakek tersebut terlihat sangat senang, karena akhirnya, setelah dari subuh menjajakan daganganya, baru pada pukul 2 siang saya orang pertama membeli dagangan beliau, saya mengeluarkan uang 20 ribu, beliau berkata," ga ada kembalianya kakek mah nak", jawab kakek."oh ga apa apa kek, ambil saja kembalianya, dari saya" Lalu saya bertanya kembali, mengapa beliau dengan usia yang sudah lanjut, dan seharusnya sudah duduk diam di rumah menikmati sisa sisa umur beliau, malah masih bekerja keras membanting tulang, dari pagi hingga petang, menjajalkan koran dan tali sepatu di lingkungan unpad tersebut? tanya saya kepada beliau,Dengan suara yang tertatih tatih beliau menjawab" yah, mau gimana lagi nak, inilah dunia, mungkin Allah belum meridoi saya kalau saya masih malas malasan, saya punya anak di rumah di garut 12 orang, 5 orang sudah berkeluarga dan pergi jauh meninggalkan kehidupan mereka yang serba berkekurangan, masih ada 7 orang lagi anak saya yang masih duduk di bangku sma dan smp, ga mungkin saya hanya duduk diam, sementara kaki saya masih kuat berjalan."Mendengar hal itu, sontak saya menahan pekik yang begitu menyerang ke hati yang paling dalam, saya tak kuasa melihat kepedihan dan ketegaran seorang kakek yang dimasa tuanya masih berjuang demi menghidupi keluarganya .."Lalu , disini kakek tinggal dimana? dan pulang berapa minggu sekali ke garut kek?" tanyaku lirih,"Kakek tinggal di musholla di sebelah sekretariat mahasiswa, kakek numpang tinggal disana, sekaligus membantu membersihkanya, karena ga ada yang ngerawatnya, oleh UNPAD kakek g di terima menjadi karyawannya, karena umur kakek udah terlalu tua, padahal kakek berharap sekali dapet uang dari menjadi karyawan untuk membersihkan musholla ini" imbuhnya," kakek biasanya pulang ga menentu waktunya, asalkan kakek udah bisa membeli beras 20 kg, baru kakek pulang, itu biasanya sekitar 2 minggu mengumpulkan uang untuk membeli beras itu buat di bawa pulang ke garut" katanyaAllahuakbar ,, demi keluarga tercinta, beliau rela tidur di musholla yang dingin sendiri, ditemani kesepian yang teramat mendalam , dan kerinduan akan menghabiskan hidup tenang, demi mencari sesuap nasi, membela harga diri, untuk tidak menjadi pengemis yang tanpa ada usaha sedikitpun, sungguh beliau begitu mulia, dan semoga Allah selalu bersama orang yang berhati seperti seorang malaikat yang sengaja di utus tuhan kebumi agar manusia dapat belajar, menghilangkan ketamakan dan bermalas malasan.Untuk teman teman ku, yang mengatas namakan diri mereka mahasiswa, terutama anda yang berkuliah di kampus unpad jatinangor ini, saya harap, ini hanya salah satu bentuk saya saling berbagi, saling mengingetkan, bahwa di luar sana, masih banyak saudara saudara kita yang membutuhkan perhatian,jadilah mahasiswa seutuhnya, karena saya sendiri tidak mampu berbuat banyak, saya butuh kalian, kalian yang berjiwa besar, yang mau sedikit meluangkan waktunya memperhatikan orang orang di sekitar,Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang !Begitulah pengalaman berharga Andre mendapatkan inspirasi dari seorang kakek penjual tali sepatu.Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.